Laman

Mengenai Saya

Minggu, 20 Januari 2013

Dunia dan Retorika



            Kriiiiiing… bel pulang sekolah pun berbunyi. Saat itu Zhafran dan Teguh yang telah lama bersahabatan itu mulai berjalan keluar kelas diiringi Vera dan Nelvi yang sedang sibuk bercanda dibelakangnya. Di saat yang bersamaan, Tiya baru saja keluar dari kelas yang terletak di depan kelas mereka.
Zhafran                       : Guh, sumpah ya. Tadi pelajarannya ribet banget.
Teguh                          : emang pernah kamu anggap pelajaran itu mudah ? (mereka pun tertawa)
            Disaat yang bersamaan, Tiya sedang berlari kencang karena dikejar DwiFeb.
Dwifeb                        : Tiyaaaaa…. (berteriak kesal pada Tiya)
Tiya                             : (terus berlari tanpa melihat kedepan)

Dunia II

Bumi itu bulat. Ketika kita memutarinya dari satu titik, kita akan kembali pada titik itu lagi. Dunia itu sempit. Percaya atau tidak, begitulah kenyataannya. Terkadang saat kita menemukan musuh, maka musuh itu selalu ada kaitannya dengan sahabat sendiri. Kadang, ketika seseorang menemukan seorang tambatan hati yang baru, seseorang yang baru itu berhubungan dengan mantan tanpa ia sadari. Dunia itu sempit. Kita hanya melihat orang yang sama di tempat yang berbeda, seolah-olah bumi tak memiliki tempat lain untuk menampung manusia yang lain. Dunia itu sempit, ketika pemikiran manusia tidak berkembang.

Dunia

Ketika ribuan orang bahagia dengan berjuta tawa dan candanya, sebagian lain merasakan sebaliknya. Apakah salah jika kita tak ikut merasakan rasa bahagia itu ? Apakah salah jika kita memiliki rasa sendiri ? Apakah salah ? SALAH ! Begitulah kata sebagian besar orang. Sebegitukah dunia memaksakan makhluk yang menumpang padanya ? Bukankah paksaan itu hanya membuat rasa yang sulit ? Terkadang pemikiran setiap orang sama, namun lebih banyak ketidaknya. Ketika satu orang berkata A, maka yang lain akan menentang dan akan berkata B. Dunia memang terkadang terasa sangat tidak adil. Dengan segala retorikanya, manusia tetap saja percaya pada dunia. Pada bisikan manisnya yang hanya menjadi iming-iming. Hhhh, Dunia terkadang menjadi tempat pelampiasan dari manusia. Apakah dunia pernah marah ? Tentu saja tidak. Lalu, kenapa manusia selalu menyalahkan dunia ?